Bojonegoro – Krisis irigasi yang selama ini menjadi momok menakutkan petani di Bojonegoro, kini mulai teratasi. Pemkab Bojonegoro, lewat gebrakan Bupati Setyo Wahono, resmi meluncurkan program konversi mesin pompa air dari diesel ke listrik. Inovasi ini diresmikan di Desa Kanten, Kecamatan Trucuk, Sabtu (26/4/2025), buah kolaborasi Pemkab Bojonegoro dan PT PLN (Persero).
Program ini menjawab keluhan petani akan tingginya biaya operasional akibat ketergantungan pada solar. Dengan beralih ke listrik, biaya operasional terpangkas drastis, meningkatkan keuntungan dan diharapkan mampu menarik minat generasi muda kembali ke sektor pertanian.
“Penghematan biaya signifikan. Ini akan meningkatkan pendapatan petani Bojonegoro dan menarik minat generasi muda,” tegas Bupati Wahono.
Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bojonegoro, Zainal Fanani, memaparkan dari 143 unit pompa air di 110 desa (13 kecamatan), 100 unit telah beralih ke listrik. Setiap instalasi berkapasitas 13.200 watt (dinamo 7.500 watt) dan pipa 6 dim, mampu mengairi 20 hektar lahan. Hasilnya? Produktivitas mencapai 10 ton/hektar, menghasilkan sekitar Rp1,3 miliar per musim panen!
Petani pun berhemat hingga Rp200.000 per hari. DKPP Bojonegoro berkomitmen memperluas program ini demi pertanian hemat energi dan ramah lingkungan.
Peluncuran program ini dihadiri Forkopimcam Trucuk, perwakilan BBWS Bengawan Solo, dan pejabat PT PLN UP3 Bojonegoro. Penandatanganan nota kesepakatan antara Pemkab Bojonegoro dan PT PLN menandai komitmen kerjasama jangka panjang demi kesejahteraan petani dan pertanian modern berkelanjutan.