Ning Lia: Dari Pesantren, Aku Belajar Kemandirian dan Perjuangan untuk Politik!

Anggota DPD RI asal Jatim, Lia Istifhama, atau yang akrab disapa Ning Lia, punya cerita menarik tentang Hari Santri Nasional (HSN) 2024. Bagi perempuan yang

Redaksi

Ning Lia: Dari Pesantren, Aku Belajar Kemandirian dan Perjuangan untuk Politik!

Anggota DPD RI asal Jatim, Lia Istifhama, atau yang akrab disapa Ning Lia, punya cerita menarik tentang Hari Santri Nasional (HSN) 2024. Bagi perempuan yang pernah nyantri di PP Al Haqiqi Sidosermo saat sekolah di SMAN 16 Surabaya ini, menjadi santri adalah kebanggaan tersendiri.

"Di pesantren, selain belajar kitab-kitab dan memperdalam Islam, saya juga belajar kemandirian, kesederhanaan, tenggang rasa, hormat kepada kiai, dan tentu saja manajemen ilmu," ujar Ning Lia.

Ning Lia: Dari Pesantren, Aku Belajar Kemandirian dan Perjuangan untuk Politik!

Menariknya, Ning Lia juga menempuh pendidikan formal saat di pesantren. Dia mengaku bisa mengatur waktu dan beradaptasi di dua lingkungan yang berbeda.

Dari pengalaman itu, Ning Lia menilai perempuan pesantren bisa sukses jika mengimplementasikan ilmu dan keterampilan yang didapat di pesantren untuk kehidupan sehari-hari. Termasuk dalam dunia politik, di mana nilai-nilai pesantren bisa menjadi ruh.

"Saat ini, saya berjuang melalui Lembaga DPD RI, dan peran besar kaum perempuan untuk Indonesia bisa disalurkan karena negara kita demokrasi," tegas Ning Lia.

Menurutnya, keterlibatan perempuan dalam politik bukan hanya soal dukungan, tapi juga bagaimana mengagregasi dukungan menjadi modal politik dan mengonversinya menjadi kursi di parlemen.

"Perempuan pesantren di politik bukan hanya pendorong, tapi juga pengambil keputusan yang membawa kemaslahatan umat dan pesantren," lanjutnya.

Ning Lia juga menekankan pentingnya peran perempuan pesantren dalam politik. Dia menyebut dua pilihan: menjadi pressure grup yang mengorganisir diri untuk didengar dan diperhitungkan, atau duduk sebagai wakil rakyat di parlemen.

"Jumlah pemilih perempuan lebih besar daripada laki-laki. Bonus vote ini harus dioperasikan perempuan pesantren untuk memproduk ide dan gagasan cerdas dan inovatif yang jadi solusi masalah umat," jelasnya.

Namun, Ning Lia juga mengakui tantangan politik 2024 yang tak terduga.

"Terkadang, pemilihan dimenangkan oleh siapapun tanpa rekam jejak yang nyata dan terbuka. Ini kenyataan yang menstimulus saya bahwa gerakan kaum perempuan untuk mengangkat kecerdasan dan ketangguhannya dalam pengabdian terkadang diuji dengan preferensi publik yang cenderung menilai politik sebagai hiburan," ungkapnya.

Dia pun bertekad untuk menunjukkan bahwa beauty privilege tidak lagi diagungkan. Kemenangannya dengan 2.739.123 suara, tertinggi nasional untuk senator perempuan non petahana, menjadi bukti nyata.

"Tantangannya adalah ketika kepentingan rakyat bertemu dengan kepentingan penguasa dan pemilik modal. Wakil rakyat bisa bimbang menentukan keberpihakan. Tapi saya yakin, dengan doa dan dukungan semua orang, saya akan tetap menjaga idealisme dan konsistensi untuk kemaslahatan," tegas Ning Lia.

Saat ini, Ning Lia fokus menjalin komunikasi dengan perangkat daerah di Pemprov Jatim.

"Ini bekal penting untuk memiliki gambaran tentang inovasi yang bisa saya realisasikan setelah dilantik 1 Oktober di Senayan. Grand desainnya tak lepas dari prinsip saya untuk menjadi senator dengan visi katalisator Pemprov Jatim," pungkasnya.

Mohon maaf, Foto memang tidak relevan. Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Klik Laporkan. Terima Kasih
Laporkan

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar