Sumber berita ini dikutip dari MaduraPost. Harga emas (XAU/USD) terus mengalami kenaikan setelah pulih dari titik terendah pada Selasa. Pada Kamis (28/11), harga emas berada di kisaran $2.640-an. Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga AS pada pertemuan Desember mendatang. Penurunan suku bunga biasanya berdampak positif pada harga emas karena mengurangi biaya peluang memegang aset tanpa bunga, sehingga meningkatkan daya tarik emas sebagai investasi.
Menurut analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, tren kenaikan harga emas menguat berdasarkan indikator Moving Average. Dengan kondisi ini, XAU/USD diproyeksikan berpotensi naik hingga $2.658. Namun, jika harga gagal menembus level tersebut dan berbalik arah, maka target penurunan terdekat berada di $2.622.
Faktor lain yang mendukung penguatan emas adalah penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Penurunan ini terkait dengan melemahnya retorika seputar kebijakan tarif perdagangan. Presiden terpilih Donald Trump yang melunakkan nada terkait ancaman tarif impor dari Meksiko dan Kanada turut menenangkan pasar, meskipun ekspektasi inflasi AS yang tinggi tetap menjadi perhatian.
Namun, optimisme terhadap emas juga diimbangi beberapa tantangan. Surutnya risiko geopolitik, khususnya setelah Israel dan Hizbullah menyepakati gencatan senjata 60 hari, dapat membatasi kenaikan harga emas. Analis tetap skeptis terhadap keberlanjutan kesepakatan ini tanpa penyelesaian konflik di Gaza secara menyeluruh.
Probabilitas pasar terhadap pemangkasan suku bunga AS oleh The Fed pada Desember juga menguat. Berdasarkan CME FedWatch, probabilitasnya telah meningkat menjadi 70% pada Kamis, naik dari kisaran sebelumnya 55%-66%. Pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin akan semakin memperkuat daya tarik emas sebagai lindung nilai inflasi.
Dinamika geopolitik antara AS, Meksiko, dan Kanada juga berdampak tidak langsung pada emas. Klaim Trump tentang kesepakatan penting dengan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum Pardo terkait migrasi dan penyelundupan narkoba, meskipun belum sepenuhnya terimplementasi, menciptakan sentimen stabilitas di pasar.
Andy Nugraha menekankan bahwa volatilitas harga emas saat ini memberikan peluang bagi para pedagang, tetapi kehati-hatian tetap diperlukan mengingat berbagai faktor yang memengaruhi pasar, termasuk keputusan The Fed, perkembangan geopolitik, dan pergerakan imbal hasil obligasi. Secara keseluruhan, emas diperkirakan tetap dalam tren kenaikan selama sentimen pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed terjaga. Namun, pelaku pasar perlu waspada terhadap potensi pembalikan arah jika tekanan geopolitik atau faktor ekonomi lainnya memengaruhi pergerakan harga.
Berita ini juga terbit di: www.vritimes.com/id