Pamekasan – Minimnya anggaran yang dialokasikan untuk pemeliharaan manuskrip di Kabupaten Pamekasan menjadi sorotan. Hanya Rp20 juta yang tersedia tahun ini untuk kegiatan yang mencakup pendataan dan pemeliharaan ratusan manuskrip bersejarah. Angka ini dinilai jauh dari cukup oleh Kepala Bidang Pengembangan Budaya Baca dan Pelestarian Pustaka Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Pamekasan, Hairul Anwar.
"Fokusnya bukan hanya pemeliharaan, tapi juga pendataan," ungkap Hairul, Kamis (28/11/2024). Ia menambahkan bahwa pihaknya telah mengajukan proposal anggaran yang lebih besar untuk tahun depan, namun belum ada kepastian.
Dengan keterbatasan dana, upaya pelestarian manuskrip dilakukan melalui sosialisasi dan penyuluhan kepada pemilik dan pengelola. Hal ini penting mengingat masih banyak masyarakat yang belum memahami tata cara perawatan manuskrip yang tepat, sehingga menyebabkan kerusakan, meskipun masih tergolong ringan.
DPK Pamekasan sendiri telah mendata sekitar 150 manuskrip yang tersebar di berbagai wilayah, termasuk Tlanakan, Panglegur, Pademawu, Kadur, dan Waru. Sebagian besar manuskrip tersebut berada di tangan perseorangan, terutama di lembaga pesantren, bukan di DPK. "Yang ada di kami (DPK) sedikit, di bawah 10 manuskrip," jelas Hairul.
Untuk tahun depan, DPK menargetkan pendataan di wilayah Proppo yang hingga kini belum tersentuh. Namun, tantangan di lapangan berupa keraguan masyarakat untuk membuka informasi tentang kepemilikan manuskrip menjadi kendala tersendiri. "Terkadang masyarakat tidak mau membuka informasi, karena takut," pungkas Hairul.