Jember, Madura Post – Bupati Jember, Muhammad Fawait, membuka tabir di balik pemilihan warna merah muda atau pink yang ikonik selama kampanye Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) lalu. Hal ini diungkapkan saat bertemu dengan Rektor Universitas Jember (Unej), Iwan Taruna, dalam acara penandatanganan nota kesepahaman antara Pemkab Jember dan Unej, Senin (6/10/2025).
Fawait mengungkapkan bahwa ide warna pink itu berasal dari istrinya, Ghyta Eka Puspita, seorang lulusan pascasarjana manajemen pemasaran. "Luar biasa, memang pink itu semua karena cinta. Warna itu sebetulnya adalah usul dari istri saya," ujarnya.

Lebih lanjut, Fawait menjelaskan bahwa pink awalnya merupakan simbol potensi koalisi antara Partai Gerindra dan PDI Perjuangan. "Jadi warna pink itu sebetulnya dulu karena kita sempat mau berkoalisi antara Gerindra dan PDI Perjuangan. Putih dan merah digabung jadi pink," jelasnya. Sayangnya, rencana koalisi tersebut urung terlaksana.

Related Post
Meski gagal berkoalisi, Fawait tetap mempertahankan warna pink dengan slogan "Semua karena Cinta". Ia meyakini bahwa warna tersebut membawa keberuntungan. "Alhamdulillah, warna pink dipercaya oleh masyarakat Jember. Hari ini akhirnya anak desa pertama kali, anak pelosok, ditakdir menjadi Bupati Jember," ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Fawait juga menegaskan komitmennya untuk memprioritaskan kerja sama dengan Unej, terutama dalam upaya menurunkan angka kemiskinan di Jember. Ia berharap Unej dapat mengirimkan dosen-dosen terbaiknya untuk membantu Pemkab Jember dalam mengatasi masalah kemiskinan yang mayoritas berada di wilayah pinggiran.
"Kita arahkan lebih detail kepada masalah kemiskinan. Rata-rata kemiskinan itu ada di pinggir kebun, pinggir hutan, pinggir pantai, dan kalau kota di pinggir kota," kata Fawait. Ia menargetkan penurunan angka kemiskinan absolut di Jember di bawah 200 ribu dalam lima tahun mendatang.
Menariknya, Fawait mengaku tidak risau dengan kritik terhadap pemerintahannya. Baginya, kritik adalah bagian dari demokrasi yang sehat. "Kalaupun saya dikritik enggak apa-apa. Bagi saya itu saya biasa," pungkasnya. Ia bahkan merasa senang dengan kritik yang membangun, selama tidak merusak citra Kabupaten Jember.
Tinggalkan komentar