Kabupaten Sumenep, Madura, berhasil menorehkan prestasi gemilang dalam penanganan kemiskinan. Dalam tiga tahun terakhir, angka kemiskinan di Sumenep terus mengalami penurunan signifikan, bahkan menempatkan Sumenep sebagai peringkat pertama dalam penanganan kemiskinan di Jawa Timur.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumenep, pada tahun 2022 angka kemiskinan tercatat 18,76 persen. Angka tersebut kemudian turun menjadi 18,7 persen di tahun 2023 dan kembali turun menjadi 17,78 persen di tahun 2024.
Penurunan ini terbilang drastis jika dibandingkan dengan periode tiga tahun sebelumnya. Pada tahun 2019, angka kemiskinan di Sumenep tercatat 19,48 persen. Kemudian pada tahun 2020, angka kemiskinan naik menjadi 20,18 persen. Kondisi paling parah terjadi pada tahun 2021, di mana angka kemiskinan mencapai 20,51 persen.
"Pada tiga tahun itu yakni 2019-2021, terjadi pandemi Covid-19. Karena itu kondisi perekonomian anjlok, dan jumlah penduduk miskin meningkat," ujar Kepala BPS Sumenep, Joko Santoso, Selasa (08/10/2024).
Setelah pandemi Covid-19 berlalu, perlahan kondisi perekonomian pun membaik. Dalam tiga tahun berikutnya, angka kemiskinan Sumenep tercatat terus mengalami penurunan. Jumlah penduduk miskin di Sumenep pada tahun 2022 sebanyak 206,20 ribu jiwa, dan di tahun 2024 turun menjadi 196,42 ribu jiwa.
"Jumlah penduduk miskin di Sumenep selama tiga tahun terakhir terus turun. Ini menempatkan Sumenep sebagai peringkat pertama dalam penanganan kemiskinan di Jawa Timur," tegas Joko Santoso.
Kabar baik ini tak lepas dari berbagai program bantuan yang digulirkan oleh Pemkab Sumenep. Kepala Bappeda Sumenep, Arif Firmanto, mengungkapkan bahwa program bantuan seperti bantuan guru ngaji, beasiswa, dan pembangunan infrastruktur, berperan penting dalam pengurangan angka kemiskinan.
"Alhamdulillah, program-program bantuan dari Pemkab Sumenep bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Terbukti dari data di BPS, jumlah penduduk miskin di Sumenep berkurang," ujar Arif Firmanto.
Sektor ketenagakerjaan juga berkontribusi positif dalam penurunan angka kemiskinan. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada tahun 2022 turun menjadi 1,36 persen, tercatat sebagai angka terendah di Jawa Timur.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumenep juga menunjukkan tren positif. IPM meningkat dari 67,74 persen pada tahun 2021 menjadi 69,13 persen pada tahun 2023.
"Tapi tantangan tentu tetap ada. PR kami terutama di wilayah dengan angka kemiskinan yang masih tinggi. Pemkab Sumenep akan memperkuat infrastruktur dan meningkatkan dukungan untuk usaha mikro dan kecil," ujar Arif.
Dengan tren penurunan yang positif, Sumenep diharapkan semakin mendekati target pengentasan kemiskinan ekstrem sesuai SDGs pada tahun 2030.