MaduraPost melaporkan bahwa Wall Street mencatatkan rebound positif pada Rabu, 12 Maret, dengan dua dari tiga indeks utama ditutup menguat. Penguatan ini didorong oleh data inflasi Amerika Serikat yang lebih rendah dari ekspektasi, meredakan kekhawatiran pasar dan menghentikan aksi jual yang tajam. Indeks S&P 500 naik 0,49% menjadi 5.599,30, dan Nasdaq Composite naik signifikan sebesar 1,22% ke level 17.648,45, didorong terutama oleh sektor teknologi. Namun, Dow Jones Industrial Average justru mengalami penurunan 0,20%, ditutup di 41.350,93.
Meskipun ada kenaikan di S&P 500 dan Nasdaq, Dow yang didominasi saham blue-chip berfluktuasi sepanjang sesi perdagangan, mencerminkan ketidakpastian yang masih ada di pasar. Ketegangan akibat eskalasi perang tarif, termasuk kebijakan bea masuk baru dari Presiden AS Donald Trump, membatasi potensi kenaikan lebih lanjut. Sektor teknologi menjadi pendorong utama penguatan, sementara sektor barang kebutuhan pokok konsumen dan perawatan kesehatan tertinggal.
Indeks Harga Konsumen (CPI) yang lebih rendah dari perkiraan memberikan sinyal positif tentang inflasi, menghidupkan kembali harapan akan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. Namun, CEO AXS Investments, Greg Bassuk, menekankan bahwa ketidakpastian masih mendominasi pasar, terutama terkait ketegangan geopolitik dan perang dagang. Perang tarif telah memicu respons balasan dari Kanada dan Eropa, meningkatkan kekhawatiran investor tentang potensi resesi.
Goldman Sachs menurunkan target akhir tahun untuk S&P 500, sementara J.P. Morgan memperingatkan peningkatan kemungkinan resesi AS. S&P 500 saat ini berada 8,9% di bawah rekor tertinggi, dan sempat turun di bawah rata-rata pergerakan 200 hari pada Senin. Nasdaq juga telah memasuki fase koreksi, turun lebih dari 10% dari rekor tertingginya. Ketidakpastian politik di Capitol Hill terkait RUU belanja sementara juga menambah tekanan pada pasar.
Meskipun ada beberapa saham yang menguat, seperti Intel (naik 4,6%), saham lain seperti PepsiCo (turun 2,7%) menunjukkan volatilitas pasar. Secara keseluruhan, meskipun ada sentimen positif setelah laporan inflasi, ketidakpastian ekonomi dan geopolitik tetap menjadi faktor penentu utama di Wall Street.
Berita ini juga terbit di: www.vritimes.com/id