Sumenep, Madura Post – Walaupun batik menjadi salah satu produk unggulan Kabupaten Sumenep, hanya 15 pengrajin yang berhasil menembus pasar di luar Madura. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskop UKM dan Perindag) Sumenep, Moh. Ramli.
"Dari 73 unit usaha batik yang sudah mandiri, hanya 15 yang mampu memasarkan produknya ke luar daerah," ujar Ramli.
Produk batik yang berhasil menembus pasar luar daerah tersebut antara lain Canteng Koneng dan Paregih. Sementara itu, jumlah pembatik yang tercatat di Diskop UKM dan Perindag Sumenep mencapai sekitar 600 orang.
Sayangnya, saat ini tidak ada program pembinaan khusus untuk para pembatik. Mereka cenderung mandiri dalam mengembangkan usaha. Bahkan, untuk tahun 2025 mendatang, tidak ada rencana khusus mengenai program pembinaan batik karena keterbatasan anggaran.
"Kami hanya membantu dalam hal pameran, salah satunya pameran khusus batik," jelas Ramli.
Padahal, batik merupakan produk unggulan di sektor industri kreatif Sumenep, khususnya dalam kategori karya tekstil. Sentra terbesar batik Sumenep berada di Desa Pakandangan Barat, Kecamatan Bluto. Selain itu, unit-unit usaha batik juga mulai bermunculan di Desa Langsar, Talango, Batuan, Mandala, Batang-Batang, Pasongsongan, Prenduan, dan lainnya.
"Industri batik di Sumenep sudah mulai berkembang. Harapannya, semua batik tulis di Sumenep dapat terkaver dan mengalami kemajuan," harap Ramli.
Anggota DPRD Sumenep, Juhari, menilai pembinaan khusus bagi para pelaku usaha batik sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk. Ia mendesak agar Diskop UKM dan Perindag Sumenep memperjuangkan anggaran khusus untuk pembinaan batik.
"Ini menjadi PR bagi OPD teknis. Pembinaan batik perlu diperjuangkan agar batik Sumenep semakin banyak diminati masyarakat, bahkan hingga luar daerah," tegas Juhari.