Laporan dari MaduraPost menyebutkan bahwa kepercayaan investor terhadap platform kecerdasan buatan (AI) generatif DeepSeek, asal Hangzhou, China, tengah terguncang. Hal ini terjadi setelah peluncuran Qwen 2.5 dari raksasa teknologi Alibaba, yang diklaim memiliki performa lebih unggul daripada DeepSeek-V3. Pergeseran sentimen ini menyebabkan investor beralih ke proyek AI lain, khususnya AI Agent.
Peluncuran Qwen 2.5 tak hanya menggoyahkan dominasi DeepSeek, tetapi juga berdampak pada pasar token terkait AI. Token-token AI Agent, seperti Virtuals Protocol (naik lebih dari 8%), AIXBT, dan Ai16z (naik lebih dari 10%), mengalami peningkatan signifikan. Investor tampaknya lebih tertarik pada proyek AI desentralisasi di tengah persaingan yang semakin ketat.
![DeepSeek Terpuruk, Investor Beralih ke AI Agent?](https://madurapost.co.id/wp-content/uploads/2025/02/balipostcom_harga-minyak-melonjak-usaha-pembuatan-minyak-tradisional-menggeliat_01.jpg)
DeepSeek sendiri sebelumnya mengalami lonjakan valuasi yang signifikan, menarik banyak perhatian investor. Namun, setelah peluncuran Qwen 2.5, valuasi DeepSeek anjlok hingga US$5 miliar (sekitar Rp81,2 triliun). Kondisi ini diperparah oleh peluncuran asisten AI DeepSeek yang justru memicu aksi jual besar-besaran di sektor saham teknologi AS, termasuk Nvidia yang mengalami penurunan kapitalisasi pasar hingga US$589 miliar (sekitar Rp9,568 triliun).
Di tengah penurunan tersebut, muncul pula token kripto palsu yang mengatasnamakan DeepSeek. DeepSeek sendiri telah membantah keterkaitan dengan mata uang kripto tersebut. Selain itu, OpenAI menuduh DeepSeek menggunakan teknik "penyulingan" untuk melatih model AI-nya, yang berpotensi melanggar ketentuan layanan OpenAI. Meskipun CEO OpenAI, Sam Altman, mengakui keunggulan DeepSeek dari segi harga, teknik penyulingan ini menimbulkan perdebatan etika dan hukum.
Situasi semakin rumit setelah otoritas perlindungan data di Italia menyelidiki penggunaan data pribadi dalam sistem AI DeepSeek. Akibatnya, aplikasi DeepSeek dihapus dari toko aplikasi Apple dan Google di Italia.
Berita ini juga terbit di: www.vritimes.com/id