Hari Arak Bali 2025: Menyingkap Potensi Ekonomi Warisan Budaya Bali

MaduraPost melaporkan, dalam rangka memperingati Hari Arak Bali yang jatuh pada 29 Januari 2025, sebuah talkshow bertajuk "Talkshow Bali Signature: Arak Bali for The World"

Redaksi

MaduraPost melaporkan, dalam rangka memperingati Hari Arak Bali yang jatuh pada 29 Januari 2025, sebuah talkshow bertajuk "Talkshow Bali Signature: Arak Bali for The World" digelar di Level 21 Mall, Denpasar. Acara ini diselenggarakan oleh Koperasi Fermentasi Nusantara (Fermenusa), sebuah organisasi nirlaba yang aktif mempromosikan produk pangan olahan fermentasi Indonesia, bekerja sama dengan Level 21 Mall. Talkshow ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi arak Bali sebagai industri artisanal berbasis kearifan lokal yang dapat menembus pasar internasional.

Hari Arak Bali sendiri telah diresmikan melalui Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 929/03-I/HK/2022 sebagai upaya pelestarian dan pemberdayaan arak Bali sebagai warisan budaya lokal. Peringatan ini diharapkan dapat menginspirasi daerah lain dengan minuman fermentasi unik untuk melakukan hal serupa. Diskusi ini menekankan pentingnya menjaga tradisi, ritual, standar produksi, dan rantai pasok arak Bali agar dapat dikomersialisasikan secara global dan kompetitif.

Hari Arak Bali 2025: Menyingkap Potensi Ekonomi Warisan Budaya Bali
Gambar Istimewa : akcdn.detik.net.id

Narasumber yang hadir terdiri dari berbagai kalangan, termasuk Luke J. Corbin (peneliti dan penulis dari Australian National University), Ida Bagus Rai Budarsa (pengusaha Arak dan Brem Bali), Dewi Sri dan Edward Speirs (Editor-in-Chief dan Culture Advocate majalah Now Bali). Gubernur Bali terpilih, Wayan Koster, juga turut hadir dan menyampaikan bahwa arak Bali bukan hanya tradisi, tetapi juga potensi wisata berbasis pengalaman (experience tourism) yang berdampak positif pada perekonomian Bali.

Diskusi membahas sejarah fermentasi, potensi ekonomi berkelanjutan, serta aspek kunci pengembangan arak Bali, seperti kualitas dan inovasi, branding dan pemasaran, serta penghargaan budaya. Para pembicara menekankan pentingnya pendekatan holistik agar arak Bali dapat bersaing di pasar global. Arak, sebagai minuman hasil fermentasi dan distilasi, merupakan warisan budaya Nusantara yang telah lama menjadi bagian dari perayaan, ritual, pengobatan, dan kehidupan sosial masyarakat. Saat ini, para artisan berperan penting dalam menjaga kelestarian dan kualitas arak Bali, sehingga layak menjadi komoditas ekspor bernilai tinggi.

Arak bukan hanya khas Bali, tetapi juga bagian dari warisan budaya di berbagai pulau di Indonesia. Penetapan arak Bali sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 414/P/2022. Keunikan Arak Bali terletak pada proses fermentasi dan distilasi dari bahan pertanian tradisional tanpa campuran alkohol teknis. Pemerintah Provinsi Bali juga telah mengatur tata kelola produksi dan kelestariannya melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020.

Bambang Britono, Ketua Koperasi Gerakan Fermentasi Nusantara, menekankan pentingnya edukasi masyarakat tentang fermentasi sebagai bagian dari identitas bangsa Indonesia. Fermenusa berkomitmen untuk mendukung industri fermentasi agar lebih berdaya saing. Talkshow ditutup dengan kesepakatan untuk melanjutkan literasi dan kolaborasi antara pelaku industri, pemerintah, media, dan akademisi demi menjaga kelestarian dan mengembangkan potensi arak Bali sebagai minuman fermentasi bernilai tinggi di kancah internasional, sebagaimana Sake (Jepang), Soju (Korea), dan Ceylon Arrack (Sri Lanka).

Berita ini juga terbit di: www.vritimes.com/id

Mohon maaf, Foto memang tidak relevan. Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Klik Laporkan. Terima Kasih
Laporkan

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar