MaduraPost melaporkan, Safelog.ai menyelenggarakan seminar online pada 20 November 2024 untuk mendukung Blue Heart Campaign, inisiatif PBB melalui UNODC dalam memerangi perdagangan manusia. Seminar yang diikuti lebih dari 50 peserta dari berbagai latar belakang ini bertujuan meningkatkan kesadaran global akan kejahatan keji yang diperkirakan menjerat lebih dari 50 juta orang dalam eksploitasi, termasuk kerja paksa dan perbudakan modern. UNODC sendiri menekankan dampak negatif perdagangan manusia terhadap hak asasi manusia, ekonomi, dan keamanan global.
Seminar bertema "Bersama Menolak Perdagangan Orang: Melindungi Masa Depan Tenaga Kerja Indonesia" menghadirkan pembicara kunci dari berbagai pihak, termasuk CEO Safelog.ai Aldo Suryokusumo, AIPDA Zultomi, S.H. (PS. Kanit IV (PPA) SAT Reskrim Polres Pringsewu), Dr. Widiantoro Baroto (Sekretaris Jenderal Asosiasi Bisnis Alih Daya Indonesia/ABADI), Lintang Dwi Maharini S.Psi. (Associate Director of Community Development Yayasan Kasih Yang Utama), dan Reni Yuliana Meutia S.Kom., M.M. (Ketua Solidaritas Perempuan Sebay Lampung). Diskusi membahas isu perdagangan manusia dari perspektif penegak hukum, swasta, dan organisasi yang membantu korban.
Aldo Suryokusumo menyatakan keprihatinan Safelog.ai terhadap kejahatan ini dan berharap partisipasi dalam Blue Heart Campaign dapat meningkatkan kesadaran masyarakat serta mendorong aksi nyata dalam memerangi perdagangan manusia.
Blue Heart Campaign, bagian dari Sustainable Development Goals (SDG) PBB, berkaitan dengan poin 8 (pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan layak), 8.7 (memberantas kerja paksa dan perdagangan manusia), dan 16 (masyarakat damai dan akses keadilan). Kampanye ini menyerukan tindakan kolektif dari berbagai pihak untuk mengatasi masalah ini.
Safelog.ai berkomitmen mendukung kampanye ini melalui edukasi dan kolaborasi dengan pemerintah, swasta, dan LSM. Harapannya, semakin banyak pihak yang sadar akan Blue Heart Campaign dan aktif memerangi perdagangan manusia, serta memberikan dukungan bagi para korban yang seringkali menghadapi kesulitan pasca-trauma.
Berita ini juga terbit di: www.vritimes.com/id
