Dari Koloman Sarwah hingga Polda Jatim: Kisah Inspiratif Kiai Basith

Pamekasan – Perjalanan hidup Dr. KH. Abdul Basith Mansir, dai kondang yang kini menjabat sebagai Dai Kamtibmas Polda Jawa Timur, merupakan bukti nyata bahwa kesuksesan

Rista

Dari Koloman Sarwah hingga Polda Jatim:  Kisah Inspiratif Kiai Basith

Pamekasan – Perjalanan hidup Dr. KH. Abdul Basith Mansir, dai kondang yang kini menjabat sebagai Dai Kamtibmas Polda Jawa Timur, merupakan bukti nyata bahwa kesuksesan diraih melalui proses panjang dan ketekunan. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, Kiai Basith, dewan pengasuh Pesantren Nurul Jadid, Desa Bungbaruh, Kecamatan Kadur, akan menjadi penceramah sekelas nasional.

Awal mula perjalanan dakwahnya bermula dari sebuah ceramah sederhana di Koloman Sarwah, Desa Prancak, Kecamatan Pasongsongan, tempat kelahirannya. Dari situlah, langkahnya sebagai dai dimulai, diundang dari satu desa ke desa lain. Kiai Basith mengatakan, undangan ceramahnya semakin membludak setelah menikah pada tahun 2013.

Dari Koloman Sarwah hingga Polda Jatim:  Kisah Inspiratif Kiai Basith

"Tahun 2019, saya sudah mengisi ceramah di beberapa instansi pemerintah, seperti di Kantor Kemenag dan beberapa kampus di Madura. Saya tak pernah belajar ceramah di pondok. Teman-teman saya heran, kok bisa jadi dai, padahal saya lebih suka bahtsul masail dan menjadi MC," ujar alumnus S3 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini.

Puncak karier dakwahnya ditandai dengan kepercayaan menjadi Dai Kamtibmas Polres Pamekasan pada 2022, dan kemudian dipercaya menjadi Dai Kamtibmas Polda Jatim dua tahun berikutnya. Awalnya, ia mengaku ragu menerima tawaran tersebut. Namun, pertimbangan untuk berkontribusi bagi kebaikan umat akhirnya menggerakkan hatinya.

"Tidak ada sukses yang instan. Semua butuh kesabaran, perjuangan, dan doa orang tua serta guru," tegas wakil ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Pamekasan ini.

Kini, Kiai Basith menjadi penceramah yang sangat sibuk, terutama di bulan-bulan tertentu seperti Rabiul Awal. Namun, kesibukan itu tak membuatnya melupakan kewajibannya sebagai pengajar santri dan ayah bagi keluarganya. Ia selalu menyempatkan waktu untuk bermain dengan anak-anaknya, meskipun hanya sebentar.

"Saya usahakan pulang setelah ceramah, karena saya punya kewajiban pada keluarga. Saya harus pintar membagi waktu agar istri dan anak-anak bahagia bersama saya, sesekali diajak jalan-jalan," tuturnya.

Kiai Basith menyadari, setiap dai pasti menghadapi tantangan. Tidak semua orang menyukai ceramahnya, dan itu perlu dihadapi dengan sabar dan istiqamah. Ia bahkan berbagi pengalaman tentang tantangan yang dihadapi sebagai seorang pendakwah, termasuk godaan-godaan yang harus dihadapinya dengan bijak.

"Tantangan pendakwah juga datang dari perempuan. Sering saya ditelepon, diajak berteman, bahkan diajak menjadi suami kedua. Tapi saya tidak melayani, itu ujian. Kata guru saya, semakin tinggi pohon, semakin kencang angin yang menerjang," ungkap Kiai Basith yang juga aktif sebagai dosen di Universitas Annuqayah Sumenep.

Mohon maaf, Foto memang tidak relevan. Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Klik Laporkan. Terima Kasih
Laporkan

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar