Meskipun The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, sesuai ekspektasi pasar, pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, mengenai Bitcoin dan aset kripto lainnya justru memicu kekhawatiran. Powell menyatakan bahwa bank sentral AS tidak mendukung kepemilikan Bitcoin dalam jumlah besar dan menekankan bahwa perubahan regulasi terkait aset kripto merupakan kewenangan Kongres, bukan Federal Reserve.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menjelaskan bahwa pernyataan Powell ini memperkuat pandangan bahwa bank sentral AS tidak akan membentuk cadangan Bitcoin strategis, berbeda dengan cadangan emas. Hal ini melemahkan narasi Bitcoin sebagai aset cadangan strategis di masa depan. Setelah pernyataan tersebut, harga Bitcoin turun lebih dari 6,5%, menembus level US$100.000 setelah sebelumnya berada di US$108.000. Penurunan ini diikuti oleh aset kripto lainnya, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap kebijakan The Fed dan potensi penjualan Bitcoin oleh pemerintah AS di tengah rendahnya permintaan ETF BTC-spot.
Fyqieh menambahkan bahwa pasar kripto saat ini sangat volatil, dengan keputusan kebijakan moneter berdampak langsung pada sentimen investor. Faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan harga Bitcoin dalam jangka pendek meliputi aksi ambil untung investor, arus keluar ETF BTC-spot, dan efek relasional Natal. Meningkatnya arus keluar ETF BTC-spot dapat meningkatkan kekhawatiran di kalangan investor ritel, sehingga mempersulit pemulihan harga BTC ke level US$110.000. Namun, secara historis, ada potensi "reli Sinterklas" menjelang dan setelah Natal, meskipun reli ini tidak konsisten dan bergantung pada kondisi pasar secara keseluruhan.
Data CoinGecko menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir, Bitcoin mengalami reli Sinterklas sebanyak 7 kali dalam sepekan menjelang Natal, dan 5 kali setelahnya. Meskipun potensi reli ini ada, Fyqieh mengingatkan investor untuk tetap berhati-hati dan mempertimbangkan data on-chain, sentimen pasar, dan kebijakan makroekonomi sebelum mengambil keputusan. Saat ini, investor dapat mempertimbangkan untuk masuk pasar dengan harga yang lebih rendah, namun tetap dengan strategi investasi yang matang dan analisis yang cermat terhadap tren makroekonomi dan data pasar.
Berita ini juga terbit di: www.vritimes.com/id