Surabaya, Madura Post – Praktik politik uang yang kerap muncul menjelang pemilihan umum kembali menjadi sorotan. Ubaidillah Amin (Gus Ubaid), tokoh muda NU, mengangkat isu ini menjelang Pilkada serentak 27 November 2024. Ia memberikan pandangan unik terkait fenomena yang sulit dihindari ini.
"Dinamika politik uang yang marak ini, bisa diibaratkan sedekah," ujar Gus Ubaid Senin malam (25/11/2024). "Namun, sedekah haruslah ikhlas. Jangan sampai niat sedekah ini hanya untuk meraih kemenangan. Jika demikian, itu bukan sedekah, melainkan suap atau risywah."
Gus Ubaid menambahkan, kecemasan dan kekecewaan pasca kekalahan dalam pilkada seringkali menjadi indikator adanya motif terselubung di balik aksi bagi-bagi uang. Ia menekankan pentingnya penerimaan atas hasil pilkada, baik menang maupun kalah, sebagai bagian dari keimanan dan ketaatan pada takdir Tuhan.
"Sekuat apapun pencegahan, money politic sulit dihapuskan," tegas Gus Ubaid. "Manusia diciptakan dengan nafsu. Dalam Islam, bersedekah sambil berharap ridho Allah diperbolehkan. Namun, sedekah yang hanya untuk popularitas hanya akan menghasilkan popularitas sesaat. Amal tanpa ikhlas, bagaikan jasad tanpa ruh," pungkasnya, mengutip perkataan Ibnu Athaillah al-Iskandariyah. Sedekah yang ikhlas dan sembunyi-sembunyi, atau sedekah khofiyyah, merupakan sedekah paling utama.