Surabaya, Madura Post – Hingga 16 Desember 2024, Jawa Timur telah dilanda 370 bencana. Angka ini sungguh mengkhawatirkan, mengakibatkan 25 orang meninggal dunia, 64 luka-luka, 10.683 rumah rusak, dan 46.505 kepala keluarga terdampak. Angin kencang menjadi penyebab terbanyak dengan 119 kejadian, disusul banjir (93), kebakaran hutan (91), kebakaran lahan (43), angin puting beliung (10), tanah longsor (8), dan enam kejadian lainnya (gerakan tanah, gempa bumi, dan banjir rob).
Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Gatot Soebroto (Komandan Gatsu), mengungkapkan peningkatan signifikan kejadian bencana hidrometeorologi seiring masuknya musim hujan. Data BPBD Jatim menunjukkan tren peningkatan yang signifikan pada 2024 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya: 273 kejadian (2020), 310 (2021), 244 (2022), 118 (2023), dan kini melesat menjadi 370 hingga pertengahan Desember 2024.
BNPB RI sendiri menegaskan bahwa 95 persen bencana di Indonesia merupakan bencana hidrometeorologi. Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo, Taufiq Hermawan, menjelaskan peningkatan curah hujan di Desember 2024 berpotensi memicu cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi, diperparah oleh fenomena Gelombang Atmosfer MJO yang melintasi Jatim. Wilayah dengan topografi curam diminta meningkatkan kewaspadaan.
Penjabat (Pj) Gubernur Jatim, Adhy Karyono, telah memimpin apel kesiapsiagaan bencana di awal November 2024. Ia menekankan pentingnya mitigasi dan kesiapan menghadapi bencana hidrometeorologi, mengingatkan perlunya kolaborasi semua pihak – pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, komunitas, dunia usaha, dan masyarakat.
Pemprov Jatim telah meningkatkan peralatan tanggap darurat bencana, termasuk pengadaan 9 excavator, 1 mobile pump, 2 self loader, dan peralatan penunjang lainnya. Meskipun upaya penurunan Indeks Risiko Bencana (IRB) Jatim telah berhasil menurunkan angka tersebut sebesar 36,23 poin dalam lima tahun terakhir, mencapai angka 101,65 pada 2023 (level sedang), upaya mitigasi dan kesiapsiagaan tetap harus ditingkatkan.
Adhy Karyono juga telah meninjau perlengkapan kesiapsiagaan El Nino dan banjir, termasuk dapur umum, tenda darurat, dan alat berat. Rapat koordinasi dengan Kepala BNPB RI dan Menko PMK dijadwalkan pada 17 Desember 2024 untuk membahas penanganan bencana hidrometeorologi di Jatim. Pertanyaannya, mampukah Jatim menghadapi tantangan ini?