Pamekasan – Alisya Trijanuariska, gadis 14 tahun asal Kelurahan Kanginan, Pamekasan, membuktikan bahwa usia muda bukan halangan untuk meraih prestasi. Bukan hanya berprestasi sebagai pesilat, Ica –sapaan akrabnya– juga dipercaya menjadi pelatih silat sejak usia belia. Sebuah tanggung jawab besar yang ia emban sembari mengejar cita-citanya di dunia persilatan.
Perjalanan Ica di dunia silat bermula saat kelas V SD. Awalnya hanya ikut sepupu berlatih, namun kecintaannya pada seni bela diri ini tumbuh pesat. Ketekunannya membuahkan hasil gemilang berupa sederet prestasi di tingkat kabupaten hingga nasional. Tak lama lagi, ia akan berlaga di Kejuaraan Nasional (Kejurnas) di Malang.
"Pernah merasa bosan berlatih, tapi tetap saja bertahan," ungkap Ica, Rabu (20/11/2024).
Menjadi pelatih di usia 14 tahun adalah tantangan tersendiri. Rasa senang dan takut bercampur aduk. Ketakutannya tak mampu melatih dengan baik, namun ia terus belajar dan berjuang memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya. Lebih dari itu, menjadi pelatih juga memberinya kemandirian finansial.
"Kalau uang saya habis, kadang minta ke orang tua. Satu minggu melatih satu kali. Honornya Rp40 ribu," terang pesilat bersabuk kuning ini. Uang tersebut ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk membeli perlengkapan sekolah tanpa harus merepotkan orang tuanya.
Kendati demikian, Ica menyadari masih banyak yang harus ia kejar. Ia berkomitmen untuk terus berlatih dan meningkatkan kemampuannya, baik sebagai pesilat maupun pelatih. "Kadang mereka (yang dilatih) susah diatur, itu kendalanya," tambah anak bungsu dari tiga bersaudara ini. Kisah Ica menjadi inspirasi bagi generasi muda, bahwa dengan kerja keras dan tekad yang kuat, mimpi setinggi apapun dapat diraih.