Sepuluh Startup Potensial Indonesia yang Tutup: Pelajaran dari Kegagalan

MaduraPost melaporkan bahwa meskipun industri startup Indonesia dikenal sebagai lahan subur inovasi dan pertumbuhan ekonomi, kenyataannya banyak startup yang harus gulung tikar meskipun memiliki potensi

Redaksi

Sepuluh Startup Potensial Indonesia yang Tutup: Pelajaran dari Kegagalan

MaduraPost melaporkan bahwa meskipun industri startup Indonesia dikenal sebagai lahan subur inovasi dan pertumbuhan ekonomi, kenyataannya banyak startup yang harus gulung tikar meskipun memiliki potensi besar. Berikut sepuluh startup potensial yang telah berhenti beroperasi, beserta pelajaran yang dapat dipetik dari perjalanan mereka:

    Sepuluh Startup Potensial Indonesia yang Tutup: Pelajaran dari Kegagalan
    Gambar Istimewa : imagedelivery.net
  1. Zenius: Pelopor platform pendidikan online ini menghentikan operasional sementara pada awal 2024, setelah 20 tahun beroperasi, meski telah mengakuisisi Primagama. Tantangan operasional yang sulit diatasi menjadi penyebabnya. Zenius menyatakan komitmen untuk tetap berjuang mencerdaskan Indonesia.

  2. Rumah.com (PropertyGuru): Marketplace properti ini menghentikan operasinya pada November 2023, mengakibatkan 61 karyawan mengalami PHK. CEO PropertyGuru, Hari V. Krishnan, menjelaskan keputusan ini diambil untuk memfokuskan strategi pada pasar internasional.

  3. JD.ID: E-commerce ini berhenti beroperasi pada 31 Maret 2023, sebagai bagian dari strategi JD.com untuk fokus pada logistik dan rantai pasok global. JD.ID pernah menjadi pemain besar di Indonesia.

  4. Airy Rooms: Agregator hotel ini tutup pada 31 Mei 2020, akibat dampak pandemi COVID-19. Pandemi mengubah lanskap pasar secara drastis, membuat Airy Rooms yang sebelumnya populer untuk perjalanan hemat, tak mampu bertahan.

  5. Fabelio: Startup furnitur dan interior ini dinyatakan pailit pada Oktober 2022, setelah menghadapi masalah keuangan, termasuk penundaan pembayaran gaji karyawan sejak 2021 dan tudingan pelanggaran hak tenaga kerja.

  6. Sorabel: E-commerce fesyen lokal ini tutup pada Juli 2020 karena dampak pandemi, kehabisan modal, dan kesulitan mendapatkan pendanaan baru.

  7. Donafun: Platform donasi sosial dengan model hadiah unik ini tutup pada 2022. Kurangnya fokus pada aspek pendapatan menjadi penyebab utama kegagalannya, meskipun pernah mendapat dukungan dari Bank Indonesia dan investor lokal.

  8. Qlapa: Marketplace yang memberdayakan perajin lokal ini tutup pada 2019 karena kesulitan bersaing dengan e-commerce besar seperti Tokopedia dan Bukalapak.

  9. CoHive: Penyedia ruang kerja bersama ini dinyatakan pailit pada Januari 2023, akibat dampak pandemi dan perubahan pola kerja yang mengurangi permintaan terhadap ruang kerja bersama.

  10. Beres.id (Kaodim): Anak usaha Kaodim dari Malaysia ini menghentikan operasinya pada Juli 2022. Pasar yang belum matang dan tantangan operasional menjadi kendala utama.

Kisah-kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi startup lainnya, menunjukkan pentingnya strategi bisnis yang tangguh, adaptasi terhadap perubahan pasar, dan manajemen keuangan yang sehat.

Berita ini juga terbit di: www.vritimes.com/id

Mohon maaf, Foto memang tidak relevan. Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Klik Laporkan. Terima Kasih
Laporkan

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar