Sumenep, Madura Post – Menjadi sopir ambulans bukan pekerjaan mudah. Tantangannya beragam, terutama saat mengantar jenazah. Joko Budiarso, pria asal Dusun Ganjur, Desa Lalangon, Kecamatan Manding, Sumenep, merasakannya selama 10 tahun terakhir. Sejak 2015, ia berjibaku dengan suka dan duka profesinya.
"Tidak mudah, harus berani hilangkan rasa takut, dan hadapi tekanan keluarga pasien yang panik, bahkan marah-marah," ujar Joko kepada Madura Post, Minggu (12/1/2025). Ia menceritakan pengalamannya, pernah ban mobilnya kempes saat mengantar jenazah, memaksanya memperbaiki ban di tengah jalan dan menghabiskan waktu berharga. Tak hanya itu, ia juga pernah merasakan ketakutan saat mengantar jenazah ke pelosok Desa Prancak, Kecamatan Pasongsongan.
Beban tanggung jawab Joko sangat besar. Ia selalu siaga 24 jam, bahkan sering mengantar pasien rujukan ke Surabaya. "Kerja saya 24 jam siap siaga," tegas sopir ambulans RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep ini.
Kendati demikian, pria kelahiran 1989 ini tak pernah putus asa. Motivasi terbesarnya adalah keluarga. "Gaji saya tidak seberapa, bukan ASN, dibayar sesuai UMK Sumenep dengan kontrak dua tahunan. Tapi alhamdulillah, daripada tidak ada sama sekali," ungkap suami Titin Munika ini.
Uniknya, Joko menjalani profesi ini sejak kuliah. Namun, pekerjaan tersebut tak menghalanginya meraih gelar sarjana strata 1. "Pekerjaan apa pun, asal dinikmati, pasti berkah dan bertahan lama. Butuh ketabahan dan kesabaran," tutup Joko.