Pamekasan, Madura Post – Ketergantungan produksi keripik Tette di Desa Taroan, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan terhadap bahan baku dari luar desa, seperti Gantenan dan Malang, menjadi permasalahan serius. Hal ini diungkapkan Sekretaris Desa Taroan, Muhammad Kholil, dalam sebuah workshop bertema "Pengelolahan Komoditas Ubi-ubian dan Diversifikasi Keripik Tette Menjadi Produk Unggulan Home Industry" yang diselenggarakan oleh Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Annuqayah posko 41.
"Kami tidak bisa memproduksi keripik Tette secara mandiri karena bahan bakunya harus didatangkan dari luar desa," keluh Kholil saat sesi tanya jawab.
Menurutnya, banyaknya petani di Desa Taroan yang tidak lagi menanam ketela menjadi penyebab utama ketergantungan ini. Harga ketela di pasar yang tidak sebanding dengan pengeluaran dan kerja keras para petani, ditambah dengan serangan hama tikus dan hasil panen yang kurang memuaskan, membuat mereka enggan menanam ketela.
Riyadlul Akbar, penyaji dalam workshop tersebut, mengakui bahwa situasi ini sangat memprihatinkan mengingat potensi besar keripik Tette di pasaran. Ia pun memberikan solusi agar masyarakat Desa Taroan kembali menanam ketela.
"Jika para petani menanam ketela kembali, bukan untuk dijual di pasar, melainkan untuk dipasok kepada pengelola keripik Tette di Desa Taroan," jelas Riyad, sapaan akrab Riyadlul Akbar.
Dengan terjalinnya hubungan tersebut, Riyad yakin masyarakat desa dapat mandiri dengan produk unggulannya, keripik Tette.
"Keripik Tette bisa bersaing di pasaran sebagai keripik terenak," tegasnya.
Workshop ini diharapkan menjadi titik awal bagi masyarakat Desa Taroan untuk kembali menanam ketela dan menjadikan keripik Tette sebagai produk unggulan yang mandiri.