Surabaya, Madura Post – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyatakan tidak akan mengintervensi kasus bullying yang menimpa CW (14), siswa inklusi SMP Negeri di Surabaya. CW melaporkan enam temannya ke Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak karena telah ditelanjangi di tempat umum. Peristiwa ini telah diselidiki polisi sejak tiga hari lalu.
Eri menegaskan, keputusan untuk melanjutkan atau mencabut laporan sepenuhnya ada di tangan CW. "Keputusan ada di CW. Anak ini harus nyaman dulu. Biarkan dia menyadari bahwa yang dilaporkan adalah teman-temannya. Jika ternyata ini kesalahan, dia yang bisa mencabut," ujar Eri, Jumat (13/12/2024).
Wali Kota menilai, memaksa CW bukanlah solusi tepat. Ia juga menekankan pentingnya menghindari provokasi terhadap CW, mengingat kelebihan yang dimilikinya. "Anak jangan dipaksa. Tapi, karena dia punya kelebihan, jangan sampai ada yang mengompori," tegasnya.
Eri sendiri mengaku kagum dengan kemampuan CW. Dalam pertemuannya dengan CW di sekolah, Eri mengungkapkan kekagumannya terhadap kemampuan analisa CW yang luar biasa, termasuk pemahamannya tentang Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan Kartu Indonesia Pintar, serta pengetahuan mendalamnya tentang restorative justice. Bahkan, CW sempat menanyakan alasan Eri marah-marah saat sidak di RSUD dr. Soewandi beberapa tahun lalu.
"Dia malah bertanya, ‘Pak Eri, kenapa waktu marah-marah di RS Soewandi tidak langsung mengeluarkan orang itu? Padahal wali kota lain mengeluarkan’," cerita Eri, sembari menjelaskan filosofinya tentang mengubah orang jahat menjadi baik.
Menanggapi kasus ini, Eri berencana mengevaluasi sistem pendidikan inklusif di Surabaya. "Kami berdiskusi dengan dewan pendidikan agar sekolah lebih bertanggung jawab memberikan pendidikan dan pengajaran kepada siswa inklusi," jelasnya. Eri juga berharap lingkungan sekitar CW lebih memperhatikan kondisi psikologisnya dan mendukung bakatnya. "Dia punya perasaan yang peka, jadi psikolog, guru, dan orang sekitarnya harus lebih memperhatikan," pungkas Eri.