Sumber berita ini awalnya dimuat di MaduraPost. Pernyataan Presiden AS, Donald Trump, mengenai potensi gangguan ekonomi telah mengguncang pasar keuangan global. Dalam wawancara dengan Fox News pada 10 Maret, Trump menyiratkan kemungkinan resesi, memicu aksi jual besar-besaran pada aset berisiko, termasuk Bitcoin. Hal ini terjadi setelah Federal Reserve juga memperingatkan kemungkinan perlambatan ekonomi.
Akibatnya, harga Bitcoin (BTC) anjlok di bawah $80.000, mencapai $79.856 pada 11 Maret, penurunan hampir 3%. Penurunan ini menambah tekanan pada pasar yang sudah rapuh. Aksi jual meluas ke pasar saham, dengan Indeks S&P 500 kehilangan $5 triliun dalam 13 hari terakhir, sementara pasar kripto secara keseluruhan menyusut $1,3 triliun sejak Desember 2024. Saham-saham berisiko tinggi, seperti Tesla, juga mengalami penurunan signifikan, mencapai 15,4% dalam sehari.

Meskipun situasi pasar sedang menekan, beberapa analis melihat potensi pemulihan jangka panjang. Jika resesi benar-benar terjadi, Federal Reserve mungkin akan melonggarkan kebijakan moneter, yang bisa menjadi katalis positif bagi Bitcoin. Namun, volatilitas tinggi tetap menjadi tantangan utama. Peningkatan pencarian online terkait "Resesi AS" dan peningkatan probabilitas resesi AS menjadi 40% oleh platform prediksi ekonomi Kalshi, semakin memperkuat ketidakpastian pasar.
Kesimpulannya, Bitcoin menghadapi ujian besar di tengah ketidakpastian ekonomi global. Aksi jual mungkin berlanjut, namun apakah ini akan menjadi awal pemulihan atau tren bearish yang lebih dalam masih belum pasti. Investor perlu melakukan riset menyeluruh sebelum mengambil keputusan investasi. Investasi aset kripto berisiko tinggi, termasuk fluktuasi harga dan kehilangan modal.
Berita ini juga terbit di: www.vritimes.com/id